PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG - KABUPATEN LUMAJANG
Berawal dari keinginan penganut agama Hindu di Kabupaten Lumajang untuk memiliki rumah ibadah, yang semula hanya berbentuk sanggar pamujan dimasing-masing rumah penganut agama Hindu dan berdasarkan petunjuk dari Yang Maha Kuasa yang diterima oleh bapak Wijoyo Suseno, maka pada tahun 1984 mulailah prakarsa untuk mendirikan Pura ini Sebagai wujud Tri Sandya umat kepada Yang Maha Kuasa mulai di realisasikan pembangunannya.
Atas keinginan yang kuat untuk merealisasikan hal tersebut, umat Hindu di Kabupaten Lumajang serta dukungan dari umat Hindu di Bali, mulai menggalang dana. Sebagai bentuk toleransi serta mendukung ibadah dan menghormati keyakinan masing-masing penganut keagamaan, pembangunan Pura ini pun didukung oleh umat Nasrani dan Muslim di Kabupaten Lumajang dengan bantuan berupa material serta lahan untuk pembangunan tempat ibadah ini.
Sebagai Pura terbesar di Jawa, Pura Mandara Giri Semeru Agung ini secara hirarki memiliki ikatan dengan Pura Besakih yang ada di Pulau Bali dan dianggap lebih tua dari Pura Besakih meski secara pembangunan Pura Besakih lebih dahulu didirikan.
Pura Mandara Giri Semeru Agung sendiri memiliki tiga tingkatan strata, yang pertama adalah nesta mandala untuk masyarakat dan umat Hindu secara umum, yang kedua madya mandala untuk peribadatan umat seperti upacara sehabis melahirkan, dan yang ketiga adalah utama mandala sebagai tempat ibadah utama.